MODEL-MODEL BELAJAR DAN
RUMPUN MODEL MENGAJAR
A.
MODEL-MODEL
BELAJAR
Dalam program pembelajaran terdapat 4 model
belajar yang dapat membantu dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran, yaitu :
1.
Belajar
Kolaboratif (Collaborative Learning)
Suatu kegiatan belajar dikatakan
kolaboratif apabila dua orang atau lebih bekerja bersama, memecahkan masalah
bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Dua unsur yang penting dalam belajar
kolaboratif adalah (1) adanya tujuan yang sama, dalam mencapai tujuan tertentu siswa
bekerja sama dengan teman untuk menentukan strategi pemecahan masalah yang
ditugaskan oleh guru, (2) ketergantungan yang positif, maksudnya adalah setiap
anggota kelompok hanya dapat berhasil mencapai tujuan apabila seluruh anggota
bekerja sama.
Dalam menerapkan belajar kolaboratif
ini, harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a.
Mengajarkan
keterampilan kerja sama, mempraktikan, dan balikan diberikan dalam hal seberapa
baik keterampilan-keterampilan digunakan.
b.
Kegiatan kelas
ditingkatkan untuk melaksanakan kelompok yang kohesif.
c.
Individu-individu
diberi tanggung jawab untuk kegiatan belajar dan perilaku masing-masing.
Manfaat belajar
kolaboratif, yaitu:
a.
Meningkatkan
pengetahuan anggota kelompok karena interaksi dalam kelompok merupakan faktor
berpengaruh terhadap penguasaan konsep.
b.
Pebelajar
belajar memecahkan masalah bersama dalam kelompok.
c.
Memupuk rasa
kebersamaan antarsiswa, setiap individu tidak dapat lepas dari kelompoknya,
mereka perlu mengenali sifat, pendapat yang berbeda dan mampu mengelolanya.
d.
Meningkatkan
keberanian memunculkan ide atau pendapat untuk pemecahan masalah bagi setiap
individu yang diarahkan untuk mengajarkan atau memberi tahu kepada teman
kelompoknya jika mengetahui dan menguasai permasalahan.
e.
Memupuk rasa
tanggung jawab individu dalam mencapai suatu tujuan bersama dalam bekerja agar
tidak terjadi tumpang tindih atau perbedaan pendapat yang prinsip.
f.
Setiap anggota
melihat dirinya sebagai milik kelompok yang memiliki tanggung jawab karena
kebersamaan dalam belajar menyebabkan mereka juga sangat memperhatikan
kelompok.
2.
Belajar Kuantum
(Quantum Learning)
Quantum learning merupakan
seperangkat metode dan falsafah belajar. De Porter & Hernacki (1999)
mendefinisikan quantum learning sebagai interaksi-interaksi yang mengubah
energi menjadi cahaya, sedangkan Agus Nggermanto (2002) mengatakan bahwa
quantum learning menjelaskan bagaimana cara belajar efektif sehingga mendapat
hasil yang sama dengan kecepatan cahaya.
Quantum learning berakar dari upaya
Lozanov dengan eksperimennya tentang suggestopedia. Prinsipnya bahwa sugesti
dapat mempengaruhi hasil belajar dan setiap detail apapun memberikan sugesti
positif atau negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti
positif adalah sebagai berikut:
a.
Mendudukan
siswa secara nyaman.
b.
Memasang musik
latar di dalam kelas.
c.
Meningkatkan
partisipasi individu.
d.
Menggunakan
poster untuk memberikan kesan besar sambil menunjukkan informasi.
e.
Menyediakan
guru-guru yang terlatih dalam seni pembelajaran sugesti.
f.
Pembelajaran kuantum mengedepankan
unsur-unsur kebebasan, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan.
Indikator keberhasilan pembelajaran kuantum adalah siswa sejahtera. Siswa
dikatakan sejahtera kalau aktivitas belajarnya menyenangkan dan menggairahkan.
Prinsip-prinsip utama
pembelajaran kuantum, yaitu:
a.
Segalanya
berbicara, segala sesuatu, lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari
kertas yang dibagikan sampai rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan
tentang belajar.
b.
Segalanya bertujuan,
semua yang terjadi dalam penggubahan mempunyai tujuan, yaitu para siswa
mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran.
c.
Berangkat dari
pengalaman, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami
informasi sebelum memperoleh label untuk sesuatu yang dipelajari.
d.
Hargai setiap
usaha, belajar mengandung risiko, belajar berarti melangkah ke luar dari
kenyamanan, saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut memdapat pengakuan
atas kecakapan dan kepercayaan dirinya. Pemberian pengakuan tersebut harus kuat
dan konkret.
e.
Rayakan setiap
keberhasilan; perayaan memberikan umpan balik tentang kemajuan belajar dan
meningkatkan asosiasi emosi yang positif.
Manfaat belajar kuantum, yaitu:
a.
Suasana kelas
menyenangkan sehingga siswa bergairah belajar.
b.
Siswa dapat
memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya sebagai pendorong
belajar.
c.
Siswa belajar
sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
d.
Apa pun yang
dilakukan oleh siswa sepatutnya dihargai.
3.
Belajar
Kooperatif
Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang
menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan
kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain. Idenya sangat
sederhana, anggota kelas diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil
setelah menerima pembelajaran dari guru. Kemudian, para siswa itu mengerjakan
tugas sampai semua anggota kelompok berhasil memahaminya. Usaha-usaha
kooperatif menghasilkan participant yang berusaha saling menguntungkan.
Belajar kooperatif bukan harmonisasi,
dan sering melibatkan konflik intelektual. Kegiatan kooperatif dapat dikatakan
eksis apabila dua orang atau lebih bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang
sama.
Prinsip utama belajar kooperatif,
yaitu:
a.
Kesamaan Tujuan
Tujuan yang sama pada anak-anak dalam
kelompok membuat kegiatan belajar lebih kooperatif. Tujuan tiap anak mungkin
tidak sama, seorang anak mungkin ingin menyenangkan gurunya, yang lain ingin
menarik perhatian kelas lain, yang lain betul-betul menganggap sebagai suatu
kesempatan untuk mengerjakan tugas sebaik-baiknya. Namun, makin sama tujuan
makin kooperatif.
b.
Ketergantungan
Positif
Ketergantungan antara individu-individu
dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagai berikut:
1)
Beri anggota
kelompok peranan khusus untuk membentuk pengamat, peningkat, penjelas atau
perekam.
2)
Bagilah tugas
menjadi sub-subtugas yang diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas.
3)
Nilailah
kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu-individu.
4)
Struktur tujuan
kooperatif dan kompetitif dapat dikoordinasikan dengan menggunakan kelompok
belajar kooperatif, menghindari pertentangan satu sama lain.
5)
Ciptakan
situasi fantasi yang menjadikan kelompok bekerja bersama untuk membangun
kekuatan imajinatif, dengan aturan yang ditetapkan oleh situasi.
Perbedaan antara belajar kooperatif
dengan belajar kelompok dapat dilihat pada tabel berikut:
Belajar
Kooperatif
|
Belajar
Kelompok
|
Memiliki
beragam model dan teknik
|
Hanya
memiliki satu model, yaitu beberapa siswa tergabung dalam satu kelompok
|
Memiliki
struktur, jumlah, dan teknik tertentu
|
Memiliki
satu cara, yaitu menyelesaikan tugas tertentu bersama-sama
|
Mengaktifkan
semua anggota kelompok untuk berperan serta dalam penyelesaian tugas tertentu
|
Menimbulkan
gejala ketergantungan antar anggota kelompok
|
Belajar
kooperatif menggalang potensi sosialisasi di antara anggotanya
|
Sangat
tergantung dari niat baik setiap anggota kelompok
|
Manfaat Belajar Kooperatif :
a.
Meningkatkan
hasil belajar pebelajar.
b.
Meningkatkan
hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi kesempatan kepada setiap
siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna
materi pelajaran.
c.
Meningkatkan
rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar kooperatif dapat membina sifat
kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai rasa
andil terhadap keberhasilan tim.
d.
Menumbuhkan
realisasi kebutuhan pebelajar untuk belajar berpikir, belajar kooperatif dapat
diterapkan untuk berbagai materi ajar.
e.
Memadukan dan
menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
f.
Meningkatkan
perilaku dan kehadiran di kelas.
g.
Relatif murah
karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.
Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif :
a.
Memerlukan
waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk bekerja dalam tim.
b.
Memerlukan
latihan agar siswa terbiasa dalam tim.
c.
Model belajar
kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan materi ajar.
d.
Memerlukan
format penilaian belajar yang berbeda.
e.
Memerlukan
kemampuan khusus bagi guru untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan belajar
kooperatif.
4.
Belajar Tematik
Belajar tematik didefinisikan sebagai suatu kegiatan belajar
yang dirancang sekitar ide pokok (tema), dan melibatkan beberapa bidang
studi (mata pelajaran) yang berkaitan
dengan tema. Pappas (1995) mengatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan
pembelajaran yang digunakan guru untuk mendorong partisipasi aktif pebelajar
dalam kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada suatu topik yang disukai pebelajar
dan dipilih untuk belajar.
Meinbach (1995) mengatakan bahwa
pembelajaran tematik mengombinasikan struktur, urutan, dan strategi yang
diorganisasikan dengan baik, dalam pembelajaran bahasa, unit tematik
merupakansuatu epitome (kerangka isi) pembelajaran bahasa secara
keseluruhan (membaca, menulis, menyimak, dan berbicara). Pappas (1995)
mengatakan bahwa belajar tematik mencerminkan pola-pola berpikir, tujuan dan
konsep-konsep umum bidang ilmu.
Karakteristik Pembelajaran Tematik
(Barbara Rohde dan Konstelnik, et.al.(1991)) :
a.
Memberikan
pengalaman langsung dengan objek-objek yang nyata bagi pebelajar untuk menilai
dan memanipulasinya.
b.
Menciptakan
kegiatan di mana anak menggunakan semua pemikirannya.
c.
Membangun
kegiatan sekitar minat-minat umum pebelajar.
d.
Membantu
pebelajar mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru yang didasarkan pada
apa yang telah mereka ketahui dan kerjakan.
e.
Menyediakan
kegiatan dan kebiasaan yang menghubungkan semua aspek perkembangan kognitif,
emosi, sosial, dan fisik.
f.
Mengakomodasi
kebutuhan pebelajar untuk bergerak dan melakukan kegiatan fisik, interaksi
sosial, kemandirian, dan harga diri yang positif.
g.
Memberikan
kesempatan bermain untuk menerjemahkan pengalaman ke dalam pengertian.
h.
Menghargai perbedaan
individu, latar belakang budaya, dan pengalaman di keluarga yang dibawa pebelajar
ke kelasnya.
i.
Menemukan
cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga pebelajar.
Perlunya Pembelajaran Tematik,
Khususnya di SD :
a.
Pada dasarnya
siswa SD kelas awal memehami suatu konsep secara utuh, global/tematis, makin
meningkat kecerdasannya, dan makin terperinci serta spesifik pemahamannya
terhadap konsep tertentu.
b.
Siswa SD kelas
awal mengembangkan kecerdasannya secara komprehensif, semua unsur kecerdasan
ingin dikembangkannya sehingga muncul konsep pentingnya multiple intelligent
untuk dikembangkan.
c.
Kenyataan hidup
sehari-hari menampilkan fakta yang utuh dan tematis.
d.
Ada konteksnya.
e.
Guru SD adalah
guru kelas, akan lebih mudah mengajar satu konsep secara utuh, akan sulit
mengajar sub-subkonsep secara terpisah-pisah.
Manfaat Belajar Tematik :
a.
Ada perubahan
peranan guru dari seorang pemimpin dan penyedia kebijakan serta pengetahuan
fasilator, pembimbing, penantang, pemberi saran, dan organisator.
b.
Mendorong
pebelajar memanfaatkan suatu konteksdan literatur yang luas.
c.
Membantu
pebelajar melihat hubungan antara ide-ide dan konsep-konsep.
d.
Memberi
kesempatan yang nyata kepada pebelajar untuk membentuk latar belakang informasi
sendiri dalam rangka membangun pengetahuan baru.
B.
RUMPUN MODEL MENGAJAR
a.
Rumpun Model Sosial
Dalam berbagai rumpun model mengajar,
rumpun model sosial dipaparkan pertama kali karena perkembangan sosial
pebelajar sangat penting pada semua kegiatan pembelajaran. Model mengajar
sosial diciptakan untuk membentuk masyarakat belajar.
1.
Partnerdalam Belajar
Prosedur belajar kooperatif bertujuan membantu
pebelajar belajar lintas bidang studindalam suatu kurikulum, mengembangkan rasa
percaya diri, keterampilan sosial dan solidaritas, serta tujuan belajar
akademik untuk memperoleh informasi dan keterampilan melalui inkuiri dari suatu
disiplin akademik.
2.
Investigasi
Kelompok
Investigasi kelompok menekankan pada
rencana pengaturan kelas umum atau konvensional. Pada hakikatnya investigasi
kelompok ini dapat digunakan untuk semua bidang studi, dengan anak-anak
berbagai umur, bahkan sebagai model sosial untuk seluruh sekolah.
3.
Bermain Peran
Guru mengajak pebelajar untuk memahami
pengertian perilaku sosial, peranannya dalam interaksi sosial, dan cara-cara
memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara-cara yang lebih efektif. Secara
khusus, bermain peran membantu pebelajar mengumpulkan dan mengorganisasikan
informasi tentang isu-isu sosial, mengembangkan empati teerhadap orang lain dan
berusaha untuk meningkatkan keterampilan sosial pebelajar.
4.
Inkuiri
Yurisprudensi
Dengan model ini pebelajar belajar berpikir
tentang kebijakan-kebijakan sosial. Studi tentang isu-isu sosial di masyarakat
suatu negara, di tingkat nasional maupun internasional dapat dipersiapkan bagi
para pebelajar.
5.
Kepribadian dan
Gaya Belajar
Dalam model ini dikemukakan adanya gaya
belajar pebelajar dan guru yakin bahwa semua itu dapat berkembang. Perkembangan
dapat terjadi secara optimal, apabila lingkungan menyediakan cara kerja
konseptual yang diperlukan untuk kebutuhan konseptual seseorang.
6.
Inkuiri Sosial
Model ini dirancang dengan maksud khusus,
yaitu mengajarkan informasi, konsep-konsep, cara berpikir, dan studi tentang
nilai-nilai sosial dengan memberi tugas-tugas yang menggabungkan aspek kognitif
dan sosial.
b.
Rumpun model
pemrosesan informasi
Model pemrosesan informasi menekankan
pada cara meningkatkan pembawaan seseorang memahami dunia dengan memperoleh dan
mengorganisasikan data, memahami masalah dan mencari pemecahannya, serta
mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk menyampaikannya. Banyak model
pemrosesan informasi yang berguna untuk mempelajari kemampuan diri maupun
masyarakat untuk menilai tujuan pendidikan pribadi maupun sosial.
1.
Berpikir
Induktif
Model ini memaparkan cara belajar pebelajar
untuk mendapatkan dan mengorganisasikan informasi, serta menciptakan dan
menguji hipotesis yang mendiskripsikan hubungan diantara serangkaian data.
Model ini dapat digunakan untuk berbagai jenis kurikulum secara luas dan dengan
pebelajar semua umur.
2.
Pencapaian
Konsep
Model ini memberikan cara yang efektif
untuk penyajian informasi yang terorganisasi dan topik-topik yang berskala luas
kepada pebelajar pada setiap tahap perkembangan.
3.
Inkuiri Ilmiah
Pebelajar dibawa ke proses ilmiah dan
dibantu mengumpulkan dan menganalisis data, mengecek hipotesis dan teori, serta
mencerminkan hakikat pembentukan pengetahuan.
4.
Latihan Inkuiri
Model ini memberikan rancangan untuk
mengajar pebelajar menghubungkan alasan sebab akibat dan menjadi lebih baik
serta tepat dalam mengajukan pertanyaan, membentuk konsep, dan hipotesis serta
mengujinya.
5.
Mnemonic
Mnemonic merupakan suatu strategi
untuk mengingan dan mengamisilasi informasi.guru dapat menggunakan mnemonic
untuk membimbing penyajian materi, model ini juga dapat diterapkan untuk
berbagai bidang studi dalam kurikulum, dan karakteristik pebelajar dari
berbagai umur.
6.
Sinektik
Model ini dirancang untuk membantu
pebelajar memecahkan masalah dan menulis kegiatan-kegiatan, serta menambahkan
pandangan-pandangan baru pada topik-topik dari suatu bidang ilmu yang luas.
Model sinektik memiliki dampak pengiring untuk menampilkan kerja kolaboratif
dan belajar keterampilan.
7.
Pengorganisasian
Awal (Advance Organizer)
Model ini dirancang untuk memberikan
struktur kognitif kepada pebelajar untuk memahamimateri melalui kuliah,
membaca, dan media yang lain. Model ini dapat diterapkan hampir di semua materi
dan untuk pebelajar baerbagai umur.
8.
Penyesuaian
dengan Pebelajar
Model ini dikembangkan dengan asumsi bahwa
pebelajar yang belajar dengan strategi intelektual yang lebih kompleks akan
meningkatkan kemampuan mencapai informasi dan konsep.
c.
Rumpun model
personal
Model belajar personal dimulai dari
pandangan tentang harga diri individu. Seseorang berusaha memperoleh pendidikan
sehingga berusaha memahami diri sendiri dengan lebih baik, bertanggung jawab
atas pendidikannya sendiri, dan belajar mencapai pengembangan yang baru dengan
lebih kuat, lebih sensitif, dan lebih kreatif dalam meraih kehidupan yang
berkualitas tinggi.
1.
Pengajaran Nondirektif
Model ini menekankan kerjasama antara
pebelajar dengan guru. Guru berusaha membantu pebelajar memahami bagaimana
memainkan peran utama dalam pencapaian pendidikannya. Guru nondirektif secara
aktif membangun kerja sama dengan
menyediakan bantuan yang diperlukan oleh pebelajar untuk mencari jalan ke luar
dari permasalahan yang dihadapi
Model ini digunakan dengan beberapa cara. Pertama,
digunakan sebagai model dasar untuk melaksanakan seluruh program pendidikan. Kedua,
dikombinasikan dengan model lainuntuk meyakinkan bahwa kontak dilaukukan
dengan pebelajar. Ketiga, digunakan ketika pebelajar merencanakan proyek
belajar mandirimaupun kooperatif. Keempat, digunakan secara periodik
ketika memberikan konseling kepada pebelajar, menemukan jalan ke luar tentang
apa yang dipikirkan dan dirasakan pebelajar untuk dipahaminya.
2.
Peningkatan
Harga Diri
Karya Abraham
Maslow digunakan untuk membimbing suatu program dalam hal rasa harga diri dan
kemampuan aktualisasi diri. Guru menggali prinsip-prinsip yang dapat membimbing
kegiatan-kegiatan kerja sama dengan pebelajar untuk meyakinkan dan memberikan
gambaran tentang pribadi si pebelajar sebaik mungkin.
d.
Rumpun model
sistem perilaku
Dasar teoritik model ini sering
disebut teori belajar sosial, modifikasi perilaku, terapi perilaku, dan cybernetic.
Manusia memiliki sistem komunikasi koreksi diri yang memodifikasi perilaku
dalam merespon informasi tentang seberapa jauh keberhasilsn tugas-tugas yang
dikehendaki.
1.
Belajar Tuntas
dan Pembelajaran Terpogram
Aplikasi teori sistem perilaku untuk tujuan
akademik tampak dalam bentuk belajar tuntas (mastery learning). Pertama
materi yang dipelajari dipecah menjadi unit-unit dari yang sederhana sampai ke
kompleks. Pebelajar mengerjakan bagian demi bagian dengan cara maju
berkelanjutan. Setelah satu unit selesai dipelajari, pebelajar diberi tes untuk
mengetahui keberhasilan belajar. Jikan tidak dapat menyelesaika unit tersebut,
pebelajar dapat mengulanginya atau mempelajari unit yang setara sampai
keberhasilannya tercapai.
2.
Pembelajaran
Langsung
Pernyataan
tujuan pembelajaran disampaikan secara langsung kepada siswa,
serangkaian kegiatan yang jelas berkaitan dengan tujuan, monitoring yang cermat
dari kemajuan-kemajuan belajar, balikan tentang hasil belajar, serta
taktik-taktik untuk penilaian yang lebih efektif dikaitkan dengan serangkaian
panduan untuk memperoleh kegiatan belajar.
3.
Belajar melalui
Simulasi: Latihan dan Latihan Mandiri
Pendekatan
yang pertama, menggabungkan informasi tentang keterampilan dengan demonstrasi,
praktik, balikan, dan latihan sampai suatu keterampilan dicapai. Simulasi
dibentuk dari deskripsi situasi riil kehidupan lingkungan yang lebih kecil
diciptakan untuk situasi pembelajaran.teerkadang cara membawakan dielaborasi.
Contohnya, simulasi hubungan internasional. Pebelajar ikut dalam suatu kegiatan
untuk menilai hasil akhir suatu simulasi.