Kamis, 26 November 2015

MODEL-MODEL BELAJAR DAN
RUMPUN MODEL MENGAJAR



A.      MODEL-MODEL BELAJAR
     Dalam program pembelajaran terdapat 4 model belajar yang dapat membantu dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, yaitu :
1.      Belajar Kolaboratif (Collaborative Learning)
           Suatu kegiatan belajar dikatakan kolaboratif apabila dua orang atau lebih bekerja bersama, memecahkan masalah bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Dua unsur yang penting dalam belajar kolaboratif adalah (1) adanya tujuan yang sama, dalam mencapai tujuan tertentu siswa bekerja sama dengan teman untuk menentukan strategi pemecahan masalah yang ditugaskan oleh guru, (2) ketergantungan yang positif, maksudnya adalah setiap anggota kelompok hanya dapat berhasil mencapai tujuan apabila seluruh anggota bekerja sama.
           Dalam menerapkan belajar kolaboratif ini, harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
a.       Mengajarkan keterampilan kerja sama, mempraktikan, dan balikan diberikan dalam hal seberapa baik keterampilan-keterampilan digunakan.
b.      Kegiatan kelas ditingkatkan untuk melaksanakan kelompok yang kohesif.
c.       Individu-individu diberi tanggung jawab untuk kegiatan belajar dan perilaku masing-masing.

Manfaat belajar kolaboratif, yaitu:
a.         Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok karena interaksi dalam kelompok merupakan faktor berpengaruh terhadap penguasaan konsep.
b.        Pebelajar belajar memecahkan masalah bersama dalam kelompok.
c.         Memupuk rasa kebersamaan antarsiswa, setiap individu tidak dapat lepas dari kelompoknya, mereka perlu mengenali sifat, pendapat yang berbeda dan mampu mengelolanya.
d.        Meningkatkan keberanian memunculkan ide atau pendapat untuk pemecahan masalah bagi setiap individu yang diarahkan untuk mengajarkan atau memberi tahu kepada teman kelompoknya jika mengetahui dan menguasai permasalahan.
e.         Memupuk rasa tanggung jawab individu dalam mencapai suatu tujuan bersama dalam bekerja agar tidak terjadi tumpang tindih atau perbedaan pendapat yang prinsip.
f.         Setiap anggota melihat dirinya sebagai milik kelompok yang memiliki tanggung jawab karena kebersamaan dalam belajar menyebabkan mereka juga sangat memperhatikan kelompok.

2.      Belajar Kuantum (Quantum Learning)
           Quantum learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar. De Porter & Hernacki (1999) mendefinisikan quantum learning sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, sedangkan Agus Nggermanto (2002) mengatakan bahwa quantum learning menjelaskan bagaimana cara belajar efektif sehingga mendapat hasil yang sama dengan kecepatan cahaya.
           Quantum learning berakar dari upaya Lozanov dengan eksperimennya tentang suggestopedia. Prinsipnya bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah sebagai berikut:
a.       Mendudukan siswa secara nyaman.
b.      Memasang musik latar di dalam kelas.
c.       Meningkatkan partisipasi individu.
d.      Menggunakan poster untuk memberikan kesan besar sambil menunjukkan informasi.
e.       Menyediakan guru-guru yang terlatih dalam seni pembelajaran sugesti.
f.        
          Pembelajaran kuantum mengedepankan unsur-unsur kebebasan, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan. Indikator keberhasilan pembelajaran kuantum adalah siswa sejahtera. Siswa dikatakan sejahtera kalau aktivitas belajarnya menyenangkan dan menggairahkan.

          Prinsip-prinsip utama pembelajaran kuantum, yaitu:
a.       Segalanya berbicara, segala sesuatu, lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang dibagikan sampai rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
b.      Segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam penggubahan mempunyai tujuan, yaitu para siswa mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran.
c.       Berangkat dari pengalaman, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum memperoleh label untuk sesuatu yang dipelajari.
d.      Hargai setiap usaha, belajar mengandung risiko, belajar berarti melangkah ke luar dari kenyamanan, saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut memdapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan dirinya. Pemberian pengakuan tersebut harus kuat dan konkret.
e.       Rayakan setiap keberhasilan; perayaan memberikan umpan balik tentang kemajuan belajar dan meningkatkan asosiasi emosi yang positif.

          Manfaat belajar kuantum, yaitu:
a.       Suasana kelas menyenangkan sehingga siswa bergairah belajar.
b.      Siswa dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada di sekelilingnya sebagai pendorong belajar.
c.       Siswa belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
d.      Apa pun yang dilakukan oleh siswa sepatutnya dihargai.

3.      Belajar Kooperatif
            Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain. Idenya sangat sederhana, anggota kelas diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil setelah menerima pembelajaran dari guru. Kemudian, para siswa itu mengerjakan tugas sampai semua anggota kelompok berhasil memahaminya. Usaha-usaha kooperatif menghasilkan participant yang berusaha saling menguntungkan.
           Belajar kooperatif bukan harmonisasi, dan sering melibatkan konflik intelektual. Kegiatan kooperatif dapat dikatakan eksis apabila dua orang atau lebih bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama.
           Prinsip utama belajar kooperatif, yaitu:
a.       Kesamaan Tujuan
     Tujuan yang sama pada anak-anak dalam kelompok membuat kegiatan belajar lebih kooperatif. Tujuan tiap anak mungkin tidak sama, seorang anak mungkin ingin menyenangkan gurunya, yang lain ingin menarik perhatian kelas lain, yang lain betul-betul menganggap sebagai suatu kesempatan untuk mengerjakan tugas sebaik-baiknya. Namun, makin sama tujuan makin kooperatif.
b.      Ketergantungan Positif
     Ketergantungan antara individu-individu dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagai berikut:
1)        Beri anggota kelompok peranan khusus untuk membentuk pengamat, peningkat, penjelas atau perekam.
2)        Bagilah tugas menjadi sub-subtugas yang diperlukan untuk melengkapi keberhasilan tugas.
3)        Nilailah kelompok sebagai satu kesatuan yang terdiri dari individu-individu.
4)        Struktur tujuan kooperatif dan kompetitif dapat dikoordinasikan dengan menggunakan kelompok belajar kooperatif, menghindari pertentangan satu sama lain.
5)        Ciptakan situasi fantasi yang menjadikan kelompok bekerja bersama untuk membangun kekuatan imajinatif, dengan aturan yang ditetapkan oleh situasi.

          Perbedaan antara belajar kooperatif dengan belajar kelompok dapat dilihat pada tabel berikut:
Belajar Kooperatif
Belajar Kelompok
Memiliki beragam model dan teknik
Hanya memiliki satu model, yaitu beberapa siswa tergabung dalam satu kelompok
Memiliki struktur, jumlah, dan teknik tertentu
Memiliki satu cara, yaitu menyelesaikan tugas tertentu bersama-sama
Mengaktifkan semua anggota kelompok untuk berperan serta dalam penyelesaian tugas tertentu
Menimbulkan gejala ketergantungan antar anggota kelompok
Belajar kooperatif menggalang potensi sosialisasi di antara anggotanya
Sangat tergantung dari niat baik setiap anggota kelompok
          Manfaat Belajar Kooperatif :
a.       Meningkatkan hasil belajar pebelajar.
b.      Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk mencerna materi pelajaran.
c.       Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar, belajar kooperatif dapat membina sifat kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai rasa andil terhadap keberhasilan tim.
d.      Menumbuhkan realisasi kebutuhan pebelajar untuk belajar berpikir, belajar kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar.
e.       Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
f.       Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.
g.      Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.

    Keterbatasan Pembelajaran Kooperatif :
a.         Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk bekerja dalam tim.
b.        Memerlukan latihan agar siswa terbiasa dalam tim.
c.         Model belajar kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan materi ajar.
d.        Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda.
e.         Memerlukan kemampuan khusus bagi guru untuk mengkaji berbagai teknik pelaksanaan belajar kooperatif.

4.      Belajar Tematik
           Belajar tematik  didefinisikan sebagai suatu kegiatan belajar yang dirancang sekitar ide pokok (tema), dan melibatkan beberapa bidang studi  (mata pelajaran) yang berkaitan dengan tema. Pappas (1995) mengatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang digunakan guru untuk mendorong partisipasi aktif pebelajar dalam kegiatan-kegiatan yang difokuskan pada suatu topik yang disukai pebelajar dan dipilih untuk belajar.
           Meinbach (1995) mengatakan bahwa pembelajaran tematik mengombinasikan struktur, urutan, dan strategi yang diorganisasikan dengan baik, dalam pembelajaran bahasa, unit tematik merupakansuatu epitome (kerangka isi) pembelajaran bahasa secara keseluruhan (membaca, menulis, menyimak, dan berbicara). Pappas (1995) mengatakan bahwa belajar tematik mencerminkan pola-pola berpikir, tujuan dan konsep-konsep umum bidang ilmu.

           Karakteristik Pembelajaran Tematik (Barbara Rohde dan Konstelnik, et.al.(1991)) :
a.       Memberikan pengalaman langsung dengan objek-objek yang nyata bagi pebelajar untuk menilai dan memanipulasinya.
b.      Menciptakan kegiatan di mana anak menggunakan semua pemikirannya.
c.       Membangun kegiatan sekitar minat-minat umum pebelajar.
d.      Membantu pebelajar mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru yang didasarkan pada apa yang telah mereka ketahui dan kerjakan.
e.       Menyediakan kegiatan dan kebiasaan yang menghubungkan semua aspek perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan fisik.
f.       Mengakomodasi kebutuhan pebelajar untuk bergerak dan melakukan kegiatan fisik, interaksi sosial, kemandirian, dan harga diri yang positif.
g.      Memberikan kesempatan bermain untuk menerjemahkan pengalaman ke dalam pengertian.
h.      Menghargai perbedaan individu, latar belakang budaya, dan pengalaman di keluarga yang dibawa pebelajar ke kelasnya.
i.        Menemukan cara-cara untuk melibatkan anggota keluarga pebelajar.

            Perlunya Pembelajaran Tematik, Khususnya di SD :
a.       Pada dasarnya siswa SD kelas awal memehami suatu konsep secara utuh, global/tematis, makin meningkat kecerdasannya, dan makin terperinci serta spesifik pemahamannya terhadap konsep tertentu.
b.      Siswa SD kelas awal mengembangkan kecerdasannya secara komprehensif, semua unsur kecerdasan ingin dikembangkannya sehingga muncul konsep pentingnya multiple intelligent untuk dikembangkan.
c.       Kenyataan hidup sehari-hari menampilkan fakta yang utuh dan tematis.
d.      Ada konteksnya.
e.       Guru SD adalah guru kelas, akan lebih mudah mengajar satu konsep secara utuh, akan sulit mengajar sub-subkonsep secara terpisah-pisah.

            Manfaat Belajar Tematik :
a.       Ada perubahan peranan guru dari seorang pemimpin dan penyedia kebijakan serta pengetahuan fasilator, pembimbing, penantang, pemberi saran, dan organisator.
b.      Mendorong pebelajar memanfaatkan suatu konteksdan literatur yang luas.
c.       Membantu pebelajar melihat hubungan antara ide-ide dan konsep-konsep.
d.      Memberi kesempatan yang nyata kepada pebelajar untuk membentuk latar belakang informasi sendiri dalam rangka membangun pengetahuan baru.

B.       RUMPUN MODEL MENGAJAR
a.       Rumpun Model Sosial
           Dalam berbagai rumpun model mengajar, rumpun model sosial dipaparkan pertama kali karena perkembangan sosial pebelajar sangat penting pada semua kegiatan pembelajaran. Model mengajar sosial diciptakan untuk membentuk masyarakat belajar.
1.      Partnerdalam Belajar
     Prosedur belajar kooperatif bertujuan membantu pebelajar belajar lintas bidang studindalam suatu kurikulum, mengembangkan rasa percaya diri, keterampilan sosial dan solidaritas, serta tujuan belajar akademik untuk memperoleh informasi dan keterampilan melalui inkuiri dari suatu disiplin akademik.
2.      Investigasi Kelompok
     Investigasi kelompok menekankan pada rencana pengaturan kelas umum atau konvensional. Pada hakikatnya investigasi kelompok ini dapat digunakan untuk semua bidang studi, dengan anak-anak berbagai umur, bahkan sebagai model sosial untuk seluruh sekolah.
3.      Bermain Peran
     Guru mengajak pebelajar untuk memahami pengertian perilaku sosial, peranannya dalam interaksi sosial, dan cara-cara memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara-cara yang lebih efektif. Secara khusus, bermain peran membantu pebelajar mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi tentang isu-isu sosial, mengembangkan empati teerhadap orang lain dan berusaha untuk meningkatkan keterampilan sosial pebelajar.
4.      Inkuiri Yurisprudensi
     Dengan model ini pebelajar belajar berpikir tentang kebijakan-kebijakan sosial. Studi tentang isu-isu sosial di masyarakat suatu negara, di tingkat nasional maupun internasional dapat dipersiapkan bagi para pebelajar.
5.      Kepribadian dan Gaya Belajar
     Dalam model ini dikemukakan adanya gaya belajar pebelajar dan guru yakin bahwa semua itu dapat berkembang. Perkembangan dapat terjadi secara optimal, apabila lingkungan menyediakan cara kerja konseptual yang diperlukan untuk kebutuhan konseptual seseorang.
6.      Inkuiri Sosial
     Model ini dirancang dengan maksud khusus, yaitu mengajarkan informasi, konsep-konsep, cara berpikir, dan studi tentang nilai-nilai sosial dengan memberi tugas-tugas yang menggabungkan aspek kognitif dan sosial.
b.      Rumpun model pemrosesan informasi
           Model pemrosesan informasi menekankan pada cara meningkatkan pembawaan seseorang memahami dunia dengan memperoleh dan mengorganisasikan data, memahami masalah dan mencari pemecahannya, serta mengembangkan konsep-konsep dan bahasa untuk menyampaikannya. Banyak model pemrosesan informasi yang berguna untuk mempelajari kemampuan diri maupun masyarakat untuk menilai tujuan pendidikan pribadi maupun sosial.
1.      Berpikir Induktif
     Model ini memaparkan cara belajar pebelajar untuk mendapatkan dan mengorganisasikan informasi, serta menciptakan dan menguji hipotesis yang mendiskripsikan hubungan diantara serangkaian data. Model ini dapat digunakan untuk berbagai jenis kurikulum secara luas dan dengan pebelajar semua umur.
2.      Pencapaian Konsep
     Model ini memberikan cara yang efektif untuk penyajian informasi yang terorganisasi dan topik-topik yang berskala luas kepada pebelajar pada setiap tahap perkembangan.



3.      Inkuiri Ilmiah
     Pebelajar dibawa ke proses ilmiah dan dibantu mengumpulkan dan menganalisis data, mengecek hipotesis dan teori, serta mencerminkan hakikat pembentukan pengetahuan.    
4.      Latihan Inkuiri
     Model ini memberikan rancangan untuk mengajar pebelajar menghubungkan alasan sebab akibat dan menjadi lebih baik serta tepat dalam mengajukan pertanyaan, membentuk konsep, dan hipotesis serta mengujinya.
5.      Mnemonic
     Mnemonic merupakan suatu strategi untuk mengingan dan mengamisilasi informasi.guru dapat menggunakan mnemonic untuk membimbing penyajian materi, model ini juga dapat diterapkan untuk berbagai bidang studi dalam kurikulum, dan karakteristik pebelajar dari berbagai umur.
6.      Sinektik
     Model ini dirancang untuk membantu pebelajar memecahkan masalah dan menulis kegiatan-kegiatan, serta menambahkan pandangan-pandangan baru pada topik-topik dari suatu bidang ilmu yang luas. Model sinektik memiliki dampak pengiring untuk menampilkan kerja kolaboratif dan belajar keterampilan.
7.      Pengorganisasian Awal (Advance Organizer)
     Model ini dirancang untuk memberikan struktur kognitif kepada pebelajar untuk memahamimateri melalui kuliah, membaca, dan media yang lain. Model ini dapat diterapkan hampir di semua materi dan untuk pebelajar baerbagai umur.
8.      Penyesuaian dengan Pebelajar
     Model ini dikembangkan dengan asumsi bahwa pebelajar yang belajar dengan strategi intelektual yang lebih kompleks akan meningkatkan kemampuan mencapai informasi dan konsep.

c.       Rumpun model personal
           Model belajar personal dimulai dari pandangan tentang harga diri individu. Seseorang berusaha memperoleh pendidikan sehingga berusaha memahami diri sendiri dengan lebih baik, bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri, dan belajar mencapai pengembangan yang baru dengan lebih kuat, lebih sensitif, dan lebih kreatif dalam meraih kehidupan yang berkualitas tinggi.
1.      Pengajaran Nondirektif
     Model ini menekankan kerjasama antara pebelajar dengan guru. Guru berusaha membantu pebelajar memahami bagaimana memainkan peran utama dalam pencapaian pendidikannya. Guru nondirektif secara aktif membangun kerja sama  dengan menyediakan bantuan yang diperlukan oleh pebelajar untuk mencari jalan ke luar dari permasalahan yang dihadapi
     Model ini digunakan dengan beberapa cara. Pertama, digunakan sebagai model dasar untuk melaksanakan seluruh program pendidikan. Kedua, dikombinasikan dengan model lainuntuk meyakinkan bahwa kontak dilaukukan dengan pebelajar. Ketiga, digunakan ketika pebelajar merencanakan proyek belajar mandirimaupun kooperatif. Keempat, digunakan secara periodik ketika memberikan konseling kepada pebelajar, menemukan jalan ke luar tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan pebelajar untuk dipahaminya.
2.      Peningkatan Harga Diri
Karya Abraham Maslow digunakan untuk membimbing suatu program dalam hal rasa harga diri dan kemampuan aktualisasi diri. Guru menggali prinsip-prinsip yang dapat membimbing kegiatan-kegiatan kerja sama dengan pebelajar untuk meyakinkan dan memberikan gambaran tentang pribadi si pebelajar sebaik mungkin.

d.      Rumpun model sistem perilaku
           Dasar teoritik model ini sering disebut teori belajar sosial, modifikasi perilaku, terapi perilaku, dan cybernetic. Manusia memiliki sistem komunikasi koreksi diri yang memodifikasi perilaku dalam merespon informasi tentang seberapa jauh keberhasilsn tugas-tugas yang dikehendaki.
1.      Belajar Tuntas dan Pembelajaran Terpogram
     Aplikasi teori sistem perilaku untuk tujuan akademik tampak dalam bentuk belajar tuntas (mastery learning). Pertama materi yang dipelajari dipecah menjadi unit-unit dari yang sederhana sampai ke kompleks. Pebelajar mengerjakan bagian demi bagian dengan cara maju berkelanjutan. Setelah satu unit selesai dipelajari, pebelajar diberi tes untuk mengetahui keberhasilan belajar. Jikan tidak dapat menyelesaika unit tersebut, pebelajar dapat mengulanginya atau mempelajari unit yang setara sampai keberhasilannya tercapai.
2.      Pembelajaran Langsung
     Pernyataan  tujuan pembelajaran disampaikan secara langsung kepada siswa, serangkaian kegiatan yang jelas berkaitan dengan tujuan, monitoring yang cermat dari kemajuan-kemajuan belajar, balikan tentang hasil belajar, serta taktik-taktik untuk penilaian yang lebih efektif dikaitkan dengan serangkaian panduan untuk memperoleh kegiatan belajar.
3.      Belajar melalui Simulasi: Latihan dan Latihan Mandiri

     Pendekatan yang pertama, menggabungkan informasi tentang keterampilan dengan demonstrasi, praktik, balikan, dan latihan sampai suatu keterampilan dicapai. Simulasi dibentuk dari deskripsi situasi riil kehidupan lingkungan yang lebih kecil diciptakan untuk situasi pembelajaran.teerkadang cara membawakan dielaborasi. Contohnya, simulasi hubungan internasional. Pebelajar ikut dalam suatu kegiatan untuk menilai hasil akhir suatu simulasi.